Jumat, 22 Februari 2013

Pohon Jabon

Sekilas tentang pohon Jabon


Jika seseorang bertanya mengenai pohon Jabon, kebanyakan orang tidak bisa menjawab, apa itu pohon jabon? Apa itu Kayu Jabon? Seperti apa tanaman jabon? Banyak orang bertanya seperti itu mengenai pohon jabon dan kita tidak bisa menjawabnya. 



Di bawah ini ada keterangan-keterangan supaya anda bisa menjelaskan mengenai pohon jabon atau kayu jabon atau tanaman jabon. 


Jabon ialah Tanaman Kayu Keras yang cepat tumbuh, Tanaman yang termasuk famili Rubiaceae ini tumbuh baik pada ketinggian 0 – 1000 meter dari permukaan laut, pada jenis tanah lempung, podsolik cokelat dan aluvial lembab yang yang umumnya terdapat di sepanjang sungai yang beraerasi baik.

Pohon Jabon merupakan jenis pohon cahaya (light-demander) yang cepat tumbuh. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 9 m dengan diameter 11 cm. Pada usia 5-6 tahun lingkar batangnya bisa 40 sampai 50 cm, diameter Pertumbuhan antara 5-10 cm/tahun.

Di alam bebas, pohon Jabon pernah ditemukan mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm. Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar. Daunnya tidak lebat. Batang lurus silindris dan tidak berbanir dengan tingkat kelurusan yang sangat bagus. Batangnya bebas cabang sampai 60%,cabang akan rontok sendiri (self purning), warna kayunya putih krem (kuning terang) sampai sawo kemerah merahan. Kayunya mudah dikeringkan, mudah dipaku dan di lem, susutnya rendah. Sangat mungkin dimanfaatkan oleh Industri Furniture, Plywood / kayu Lapis, Batang Korek Api, Alas sepatu, Papan, Peti, bahan kertas kelas sedang. Pohon usia 5 tahun dapat di panen, Usaha Kebun JABON menguntungkan dan menjanjikan.

Peluang bisnis atau peluang usaha kayu yang satu ini (kayu jabon atau pohon jabon) adalah salah satu peluang usaha agribisnis yang  sedang berkembang pesat. Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan  jenis kayu yang pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di hutan tropis dengan ekologi tumbuh pada :

Ketinggian : 10-2000m dpl
Curah hujan : 1250-3000m/th
Perkiraan suhu :10 derajat  C – 40 derajat C
Kondisi tanah (PH) :4,5 – 7,5.

Pohon Jabon menjadi andalan industri perkayuan, termasuk kayu lapis. Karena Pohon Jabon mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan dengan tanaman kayu lainnya termasuk sengon/albasia.

Keunggulan tanaman jabon atau pohon jabon:
 
•    Pohon jabon tidak memerlukan perawatan khusus.
•    Tingkat kelurusan dari pohon jabon sangan bagus hingga tanaman jabon ini menjadi kayu super.
•    Umur tanaman  jabon siap dipanen 4 tahun sampai 5 tahun.

PERTUMBUHAN 
pertumbuhan sangat cepat dibandingkan dengan kayu keras lainnya termasuk bila dibandingkan dengan sengon (albasia), Jabon tergolong tumbuhan pionir sebagaimana sengon. Ia dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, atau tanah berbatu. Sejauh ini jabon bebas serangan hama dan penyakit, termasuk karat tumor yang kini banyak menyerang sengon.

PENANAMAN & PERAWATAN 
Jabon merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan berkembang tidak memerlukan banyak perlakuan khusus dalam budidayanya.

PEMASARAN
 
Karena jenis kayunya yang berwarna putih agak kekuningan dan tanpa terlihat seratnya, maka kayu jabon sangat dibutuhkan oleh industri kayu lapis (plywood), industri meubel, pulp, produsen peti buah, mainan anak-anak, korek api, Alas sepatu, Papan, Tripleks. Hal inilah yang menyebabkan pemasaran kayu jabon sama sekali tidak mengalami kesulitan.

BATANG
 
•    Berbatang silinder dengan tingkat kelurusan yang sangat bagus.
•    Tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok sendiri.


Jumat, 18 Januari 2013

Lokasi yang sedang dikembangkan

Ada khabar gembira bagi calon investor yang berminat untuk bergabung, kini kami buka kembali di area yang cukup luas dan subur yaitu daerah Brebes, harga khusus sangat murah, untuk yang berkomitmen  menanam jabon  yaitu berkisar Rp. 6.000,- sampai dengan Rp. 10.000,- per meter.  
Lebih mahal sebungkus rokok dibanding harga tanah dengan prospek usaha yang sangat menjanjikan.  segera hubungi kami Juned di 0811878876 atau junedsumardi@gmail.com

Jumat, 10 Februari 2012

Jabon: Laba Segar Masa Depan


Banyak tetangga mencibir ketika Hendrikus Setiawan menanam 1.250 bibit jabonUmur 1 tahun. pada musim hujan Desember 2003. “Untuk apa menanam jabon,kayunya tak laku,” ujar seorang tetangga seperti diulangi Setiawan. Lima tahun berselang, beberapa pengepul datang menawar. Setiawan pun memanen 1.000 pohon berumur 6 tahun dan mengantongi omzet Rp300-juta.

Tinggi pohon berumur 6 tahun itu 30—40 m dan berdiameter rata-rata 40 cm. Harga jualRp300.000 per pohon relatif murah karena ketika itu Setiawan sedang memerlukan uang dalam jumlah besar. Sebelumnya, pada 2006 pekebun di Desa Bendo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, itu menjarangkan 112 pohon yang memberikan Rp30-juta. Dari total 1.250 bibit yang ia budidayakan, 138 bibit di antaranya matisepekan setelah penanaman. Menurut sulung 3 bersaudara itu biaya selama 6 tahun mencapai Rp.13-juta.Masih asing mendengar nama kayu jabon? Pohon anggota famili Rubiaceae itu saat ini memang tak sepopuler jati, meranti,atau sengon. 

Pekebun di berbagai daerah seperti Cianjur dan Sukabumi,Provinsi Jawa Barat,Cilacap dan Banyumas,Kendal (Jawa Tengah), sertaKediri (Jawa Timur) baru beramai-ramai menanam jabon sejak 2008. Artinya umur pohon mereka,pada saat ini 1—2 tahun. Wajar jika masih jarang pekebun yang memanen jabon hasil budidaya.

Saat ini penjualan kayu jabon ke produsen kayu sebagian besar berasal dari pohon yang tumbuh liar di pekarangan.Berbondong-bondong Dua tahun terakhir, masyarakat di berbagaidaerahberbondong-bondong membudidayakanjabon Anthocephalus cadamba. Maraknyapenanaman jabon tampak dari lonjakan penjualanbibit. Trubus menghubungi 10 penyedia bibit jabon.

Penjualan bibit mereka dalam 2 tahun terakhirmelonjak pesat. PT Silva Tropika Kultur di Citeureup,Kabupaten Bogor, Jawa Barat, misalnya, rata-ratamenjual 3.000 bibit per bulan pada 2010. MenurutMeli Herawati dari PT Silva Tropika Kultur setahunsebelumnya volume penjualan rata-rata hanya500 bibit per bulan.Hadi Parmono, penjual bibit di Desa Pingit,Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung,Jawa Tengah, sanggup menjual 1.000 bibit sepekan.Pada Maret 2010, ketika ia mulai berniaga bibitjabon, volume penjualan baru 1.000 bibit per3 pekan.Menurut Dr Ir Sri Rahayu MP, ahli PatologiHutan Universitas Gadjah Mada, para pekebunmembudidayakan jabon, ketika sengonterserang karat tumor. Penyakit akibat cendawanUromycladium tepperianum meluluhlantakkansengon di berbagai sentra. Di KabupatenBanjarnegara, Purbalingga, Temanggung, danWonosobo—semua di Provinsi Jawa Tengah—tercatat luas serangan 9.604 ha atau sepertigadari total luas tanam. “Sengon tak bisadipaksakan untuk ditanam terus dalamkondisi penyebaran penyakit karat tumorseperti sekarang,” kata Sri Rahayu.Karat tumor pertama kali ditemukan diIndonesia pada 1996 atau 125 tahun sejakpenanaman sengon pertama kali di Kebun RayaBogor pada 1871. Sengon berasal dari PulauSeram, Provinsi Maluku. Menurut Dr Ir Eko BhaktiHardiyanto, dosen Fakultas Kehutanan UniversitasGadjah Mada, serangan hama atau penyakit secarabesar-besaran tergantung spesies organismepengganggu tanaman dan spesies pohon.Saat ini siapa pun sulit memprediksikemungkinan terjadinya ledakan penyakit padajabon. Eko mengatakan beberapa faktor yangmempengaruhi ledakan penyakit adalah mobilisasiorganisme penyebab penyakit, jarak antarlahanjabon, agroklimat, dan lingkungan. Sementara ituDra Ila Anggraini, peneliti hama dan penyakit dariPusat Penelitian dan Pengembangan KehutananBogor, mengatakan saat ini jabon relatif tahanorganisme pengganggu. Jika terdapat serangan punmasih sporadis. Menurut Sri Rahayu kemungkinanpenyakit karat tumor pada sengon tidak menyerangjabon karena spesies keduanya berbeda.

Tiga kali panen
Pertumbuhan tanaman yang cepat menjadidaya tarik bagi pekebun. Menurut Dr Ir IrdikaMansur MForSc, dosen di Departemen SilvikulturFakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, tiap tumbuh jabon 7—10 cm per tahun (lihat infografis).Keistimewaan lain, “Jabon itu tanam satu kalibisa 2—3 kali panen. Jabon setelah ditebang akanbertunas kembali. Tunas tumbuh sangat cepat dankalaudibiarkan akan jadi pohon yang siap tebangdalam waktu yang lebih pendek karena akar indukyang ditebang sudah luas dan dalam dibandingtanaman baru dari bibit,” ujar Irdika.Irdika yang jugapeneliti Seameo Biotrop(Southeast Asian Regional Center for TropicalBiology) pernah memanen sebuah pohon jabon.Ketika tunggul atau bekas tebangan itu dibiarkan,kemudian tumbuh menjadi pohon baru. Namun, iabelum menyaksikan tanaman “generasi kedua” itupanen.Selain itu pohon anggota famili kopi-kopian itujuga multiguna antara lain sebagai bahan bakukayulapis, papan blok, korek api, dan mainan.Menurut Sukandar dari PT Sumber Graha Sejahtera,produsen kayu di Tangerang, Provinsi Banten, teksturjabon yang halus, arah serat lurus, dan berwarnamerah sehingga terkesan mahal. “Dulu jabontak dilirik karena jenis-jenis kayu seperti merantimasih tersedia banyak. Sekarang (meranti) sudahhabis. Agar bisa bertahan, industri menyesuaikanteknologi dengan menggunakan mesin yang bisamengolah jenis kayu apa pun,” kata Dr Ir BambangSukmananto, direktur Bina Pengolahan danPemasaran Hasil Hutan, Kementerian Kehutanan.Bambang mengatakan kayu lapis jabon takkalah berkualitas dibanding kayu-kayu lain. Dengankelebihan itu, jabon dapat berfungsi sebagaiface (bagian kayu lapis yang di depan) atau back(belakang) dalam industri kayulapis dan papan blok.Sementara itu industri kayu memanfaatkan sengonhanya sebagai core (bagian tengah). MenurutProf Dr Ir Surdiding Efendi dari Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor, jabon mempunyai prospek untuk dikembangkan di hutan tanaman industrikarena kayunya cocok untuk berbagai penggunaan,khususnya sebagai bahan baku vinir dan kayulapis.

Terbatas
Selain itu kayu jabon mudah dibuat vinir tanpaperlakuan pendahuluan dengan sudut kupas92 derajat untuk tebal vinir 1,5 mm. Denganseabrek keistimewaan itu pantas jika banyakindustri kayu berharap pada jabon. Perusahaan yangmengolah kayu jabon antara lain PT Serayu MakmurKayuindo (SMK) yang mengelola total 3 pabrik,masing-masing sebuah pabrik diKabupatenLumajang, Provinsi Jawa Timur, Banjarnegara (JawaTengah), dan Cirebon (Jawa Barat). Menurut Priyonodari SMK, dari ketiga pabrik baru di Lumajang yangsudah mengolah jabon.Sebab, pasokan kayu jabon memang terbatasdan baru ada di daerah Lumajang. Priyonomengatakan bahwa Sumber Makmur Kayuindodi Lumajang memerlukan 99 m3 kayu jabon perhari. Namun, akibat terbatasnya pasokan baruterpenuhi 9 m3 per hari. Jika pasokan memadai,kebutuhan kayu kerabat kopi itu makin meningkat.Sebagai gambaran kebutuhan pabrik di DesaRawaurip, Kecamatan Kanci, Kabupaten Cirebon,juga mencapai 99 m3 per hari. Industri lainyang memerlukan jabon adalah PT Kutai TimberIndonesia.Perusahaan itu sejak 2006 menjalin kemitraandengan pekebun di Kecamatan Krucil dan Tritis,Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Hingga kininBibit jabon hasil perbanyakandengan teknologi kulturjaringan. Lokasi: LaboratoriumKultur Jaringan SeameoBiotrop, Bogor, Jawa BaratJabon berumur 3 tahunberdiameter 30 cm. Lokasidi Desa Sempuhgembol,Kecamatan Wonomerto,Kabupaten Probolinggo ( Pertumbuhan JabonTanah SuburTanah Tidak SuburSumber: Perum PerhutaniTrubus 488 – Juli 2010/XLI 15) perusahaan itu menanam setidaknya 1-juta pohonyang akan panen pada 2—3 tahun mendatang.Menurut Agus Setiawan SHut dari PT Kutai TimberIndonesia (KTI), pasokan jabon masih sangatterbatas, 2—10 m3 per sekali kirim. KTI membeli kayuberdiameter 30 cm Rp1-juta per m3. Itu harga belidi lokasi pabrik yang lebih tinggi ketimbang hargasengon.Dengan diameter sama, perusahaan berumur36 tahun itu membeli sengon Rp700.000/m3. KTImengolah kayu jabon itu sebagai kayu lapis danpapan blok yang diminati Jepang. Negeri MatahariTerbit itu rawan gempa sehingga memilih bahanpapan yang ringan seperti jabon. Setiap bulanKTI memerlukan 45.000 m3 kayu. “Kami siapmenampung berapa pun pasokan jabon,” kata CaptM Sain Latief dari PT Kutai Timber Indonesia.

PT Sekawan Sumber Sejahtera, industri diTemanggung, Jawa Tengah, yang kini bermitradengan para pekebun juga mengharap pasokanjabon secara rutin. Jika saat ini ada pasokanjabon, PT Sekawan Sumber Sejahtera siapmenerima. Krishna Pryana dari PT Sekawan SumberSejahtera menetapkan harga beli di lokasi pabrikRp540.000—Rp1,1-juta per m3 tergantung diameterdan panjang kayu. Sebagai gambaran harga kayuberdiameter 20—24 cm dan sepanjang 130 cmmencapai Rp740.000; diameter minimal 50 cm dansepanjang 260 cm, Rp1,1-juta per m3.Menurut Krishna, perusahaannya lebihmemilih kayu jabon berdiameter 25—29 cm(harga di pabrik Rp820.000 per m3) dan diameter30—39 (Rp920.000 per m3) dan sepanjang 260 cm.Kebutuhan kayu PT Sekawan Sumber Sejahteramencapai 6.000 m3 per bulan. Kebutuhan itusetara 30 ha jika populasi mencapai 400 pohonper ha (setelah penjarangan) dan dipanen padaumur 6 tahun. Itu jika volume produksi hanya0,5 m3 per pohon.

Serapan pasar
Dua tahun terakhir masyarakat bergairahmengebunkan jabon. Sayang, tak tersedia dataluas tanam jabon per tahun sehingga sulitmemprediksi volume panen. Luas penanaman dariyang berskala kecil hingga sangat luas. Kingkin Suroso SE, Komandan Pusat Polisi Militer AngkatanLaut (Puspomal),menanam 2.000 jabon di arealkantor Puspomal, Jakarta Utara seluas 5 ha. AatAminuddin dan pekebun lain di Cisokan, KabupatenCianjur, Jawa Barat, menanam jabon seluas 272 ha.Populasi per ha mencapai 1.000 bibit yang kiniberumur 6 bulan. Di berbagai daerah, antusiasmemenanam jabon juga tampak.Artinya 5—6 tahun ke depan, mereka mulaipanen. Pasar sanggup menampung produksimereka? “Kurang malah. Kayu itu tak dapattergantikan dengan plastik atau besi sekali pun.Kebutuhan manusia akan kayu terus meningkat,”kata Krishna Pryana. Agus Setiawan dari PT KutaiTimber Indonesia juga sepakat, pasar sanggupmenyerap jabon. Ia menggambarkan ketikapekebun ramai membudidayakan sengon,harganya justru terus meningkat. Jika 10 tahun laluharga sengon Rp100.000, kini melonjak menjadiRp700.000 per m3.Dr Irdika Mansur MForSc, ahli silvikultur,mengatakan harga kayu memang cenderungnaik karena kelangkaan, jarak, dan inflasi. Kayucenderung langka sehingga harganya pun kianmeningkat. Itulah sebabnya, untuk menyiasatinyaSukandar mengatakan bahwa industrilah yang kinimenyesuaikan mesin dengan ketersediaan kayu.Dulu sebaliknya, kayu harus menyesuaikan denganmesin. Namun, menurut Sukandar untuk mengolahjabon, industri tak perlu mengganti mesin yangselama ini dimanfaatkan untuk mengolah sengon.Dengan demikian, “Menanam jabon tak adaruginya. Jika dana pembelian 1.000 bibit untuklahan sehektar Rp3,5-juta kita taruh di bank, 5 tahunlagi menjadi berapa? Bandingkan jika menanamjabon, dengan harga jual minimal Rp100.000per pohon, petani memperoleh Rp100-juta,” kata Irdika. Harga Rp100.000 per pohon itu berdasarpengalaman Irdika yang menebang sebuah pohonberumur 3 tahun. Pengepul membeli pohonmuda itu Rp100.000. “Tak ada kata rugi, yang adakeuntungan berkurang,” kata Irdika yang kini getolmengkampanyekan penanaman jabon. Menanamjabon sekarang, laba segar masa depan.( trubus,Juli 2010 )

Kamis, 12 Januari 2012

Pendahuluan


Meningkatnya populasi penduduk menyebabkan peningkatan kebutuhan papan, sandang dan pangan. Kebutuhan papan dan sandang banyak dipenuhi dari bahan baku berupa kayu, sehingga industri kehutanan  yang berbasis kayu semakin berkembang pesat. Namun pada saat ini pasokan bahan baku dari hutan alam sudah semakin menurun, karena overexploitasi maupun bencana alam, sehingga laju kerusakan hutan alam di Indonesia telah mencapai angka 1,08 juta ha/tahun (Departemen Kehutanan, 2007).
Semakin menurunnya pasokan kayu dari hutan alam tersebut memicu berkembangnya keinginan nasional untuk: 1) mengembangkan dan mempromosikan industri-industri pengolahan kayu khususnya pulp dan kertas, dan 2) pengelolaan jenis pohon yang cepat tumbuh dan tegakan –tegakan monokultur,serta harapan yang besar terhadap produktivitas yang tinggi. Hal ini menyebabkan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) berkembang dengan cepat di Indonesia. Menurut Ahmad (2000),saat ini pemerintah telah memberikan izin pembangunan HTI seluas +/- 7,5 juta ha, akan tetapi realisasi penanaman sampai dengan bulan September 1999 baru mencapai +/- 20.614.208,77 m3.
Walaupun berkembang pesat, namun bahan baku industri juga masih kekurangan bahan bakunya. Pada tahun 2007 pemerintah mengimpor bahan baku kayu sebanyak 104.431,31 m3. Untuk mengatasi kekurangan bahan baku tersebut diperlukan program pembudidayaan kayu secara komersial untuk menghasilkan kayu bermutu dengan nilai yang lebih tinggi.
Jabon (Antocephalus cadamba (Roxb.) Bosser.) merupakan salah satu jenis pohon yang dapat dijadikan sebagai bahan baku industri, baik industri kayu pertukangan, pulp dan kertas maupun veneer. Dibandingkan dengan jenis-jenis kayu yang lain, kayu jabon merupakan jenis kayu yang pertumbuhannya sangat cepat, berbatang silindris dan lurus, kayunya berwarna putih kekuningan tanpa terlihat serat yang sangat baik dipergunakan untuk pembuatan kayu lapis maupun kayu gergajian.
Mengapa Jabon?
Jabon atau dalam bahasa latinnya disebut Anthocephalus Cadamba merupakan tanaman kayu yang sebenarnya tumbuh liar di hutan. Tumbuhan ini sebenarnya di tahun 1970-an sangat terkenal namun karena perkembangan ekploitasi hutan dan beralih fungsinya hutan menjadi ladang atau kebun menjadikan tanaman ini sulit ditemukan.
Jabon termasuk dalam divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Sub divisi Angiospermae (tumbuhan biji tertutup), Class Dicotyledoneae, Ordo Rubiales, Family Rubiaceae, Genus Anthocephalus, Species A.Cadamba , Sinonim dari A. Cadamba adalah A. Indicus, A. Morindaefolius, sedangkan nama lokalnya adalah Jabon, Kelampayan, Kawak, (Indonesia), Kadam (India). Tinggi pohon dapat mencapai 45 m, batang lurus dan silindris, bertajuk tinggi dengan cabang mendatar,kadang-kadang berbanir sampai ketinggian 1,50 m, kulit luar berwarna kelabu –coklat sampai coklat,sedikit beralur dangkal, tinggi bebas cabang bisa diatas 25 m, dengan diameter dapat mencapai 160 cm, namun umumnya kurang dari 100 cm, terkadang dengan banir kecil setinggi 2 m. Daun berukuran 13-32 cm x 7-15cm.  Daun dan kulit batang digunakan dalam pengobatan tradisional.  Bunga majemuk dan buah diberitakan dapat dimakan.
Tanaman jabon merupakan tanaman yang dapat menjadi konservasi bagi tanah dan hutan karena sifatnya yang memiliki akar serabut dan banyak sekali menyerap air. Sebagai tanaman hutan, jabon jarang sekali dibudidayakan karena karakteristik tanamannya membuat budidaya jabon menjadi unik dan sangat tergantung pada alam sehingga tidak dapat direkayasa. Tanaman jabon mulai dilirik oleh pelaku ekonomi semenjak bahan baku industri  perkayuan memiliki keterbatasan sumber daya sehingga memerlukan alternatif bahan baku. Ketersediaan bahan baku industri perkayuan seperti jati, sengon, mahoni, dan lain-lain sangat terbatas karena memang umur tebang pohon yang relatif lama (lebih dari 8 tahun).
Secara ekonomis, jabon merupakan bahan baku untuk pembuatan industri multipleks, kertas, furniture, kerajinan tangan, pensil, korek api, peti pembungkus, cetakan beton, mainan anak-anak, pulp, dan konstruksi darurat yang ringan, dan lain-lain.
Morfologi Jabon
Tanaman jabon memiliki karakteristik yang unik sebagai berikut :
  1. Jabon mudah tumbuh tanpa perlakuan khusus dan ekstrim.
  2. Batang jabon memiliki karakteristik yang unik yaitu silindris dan tegak lurus.
  3. Cabang jabon dapat rontok dengan sendirinya (self prunning) sesuai dengan umur dan iklim sehingga dapat mengoptimalkan tumbuh kembang batangnya secara mandiri.
  4. Warna kayu jabon putih kekuning-kuningan sehingga memenuhi syarat karakteristik bahan baku furniture.
  5. Serat kayu jabon padat halus sehingga sangat sesuai untuk bahan baku plywood atau furniture.
  6. Jabon memiliki ekologi tumbuh optimal pada ketinggian 50 sampai 500 mdpl sehingga memiliki cakupan kesesuaian tanam yang lebih luas dibanding tanaman kayu yang lain.
  7. Tanaman jabon dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,5 sampai 7,5.
  8. Tanaman jabon dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1.500 sampai dengan 3.000 mm/th.
  9. Suhu lingkungan tempat tanaman jabon tumbuh berkisar antara 14 – 40 C
  10. Usia tebang jabon relatif singkat yaitu berkisar antara 5 sampai 8 tahun.

Daun dan Tajuk
Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar. Daunnya tidak lebat dengan panjang 13-32 cm.
Batang
Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Ciri dan karakteristik batang jabon adalah :
Permukaan kayu licin serta arah tegak lurus, berwarna putih kekuningan mirip meranti kuning, batang mudah dikupas, dikeringkan, direkatkan, bebas dari cacat mata kayu dan susutnya rendah. Selalu hijau. Di alam bebas pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari  100 cm,sedangan batas bebas cabangnya mencapai hingga 25 m. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 17 m dengan diameter 30 cm.
Buah dan Bunga
Pohon jabon berbuah setiap tahun pada bulan Juni-Agustus. Buahnya merupakan buah majemuk berbentuk bulat dan lunak, mengandung biji yang sangat kecil. Jumlah biji kering udara 18-26 mjuta butir/kg. Buah yg berukuran sedang dapat menghasilkan sekitar 8.300 pohon. Biji yang telah dikeringkan dan disimpan pada tempat yang tertutup rapat dalam ruangan yang sejuk dapat tahan selama satu tahun. Bunga jingga berukuran keci, berkelopak rapat, berbentuk bulat.
Akar
Tanaman jabon memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan akar lateral. Akar tunggang merupakan akar yang tumbuh kebawah dan biasanya berukuran besar. Fungsi utamanya menegakkan tanaman agar tidak mudah roboh. Sedangkan akar lateral merupakan akar yang tumbuh kesamping untuk mencari air dan unsur hara. Pada akar tunggang dan lateral, biasanya juga tumbuh akar-akar serabut atau sering disebut dengan rambut akaryang membantu menyerap air dan unsur hara.
Tentang Kayu
Tanaman kayu keras yang dapat tumbuh sangat cepat. Lingkar batangnya pada usia 6 tahun bisa mencapai diatas 40-50 cm. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerah-merahan, mudah diolah, lunak dan ringan.
Kelas Kayu
Kelas keras III, kelas awet V
Hasil Kayu
Dapat dibuat sebagai bahan bangunan non konstruksi, meubel, veneer, mainan anak-anak, korek api, peti pembungkus, furniture, bahan plywood (kayu lapis).
Botani Jabon
  • Penyebaran dan Habitat
ü  Distribusi alami dimulai dari Nepal dan India,menuju Thailand dan Indochina serta bagian timur kepulauan Malaya hingga Papua Nugini. Tanaman ini telah diintroduksi di Afrika serta Amerika Tengah dan mampu beradaptasi dengan baik.
ü  Di Indonesia, tanaman ini terdapat di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sumbawa, Sulawesi dan Irian Jaya
ü  Merupakan tipikal tanaman pioneer dan umum terdapat di hutan sekunder. Jenis yang memerlukan cahaya dan tidak toleran terhadap cuaca dingin.
ü  Pada distribusi alaminya, tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 50-500 mdpl dengan rata-rata curah hujan lebih dari 1.500 mm/tahun. Pada jenis tanah lempung, podsolik coklat an aluvial lembab yang umumnya terdapat di sepanjang sungai yg ber-aerasi baik.
ü  Namun demikian jabon dapat pula tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan sedikitnya 200 mm/tahun serta toleran pada kondisi air tergenang yang periodik.
  • Sifat Fisik
Kayu teras berwarna putih semu-semu kuning muda, lambat laun menjadi kuning semu-semu gading, kayu gubal tidak dapat dibedakan dari kayu teras. Tekstur kayu agak halus sampai agak kasar. Arah serat lurus, kadang-kadang agak berpadu. Permukaan kayu licin atau agak licin mengkilap atau agak mengkilap.
  • Tempat Tumbuh
Jabon kebanyakan tumbuh di tanah alluvial lembab di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang di genangi air. Selain itu dapat juga tumbuh dengan baik pada tanah liat, tanah lempung, podsolik coklat, tanah tuf halus atau tanah lempung berbatu yang tidak sarang.
Jenis ini memerlukan iklim basah hingga kemarau kering di dalam hutan gugur daun dengan tipe curah hujan A dan D, mulai dari dataran endah sampai ketinggian sekitar 900 m dari permukaan laut.
  • Pertumbuhan
Pertumbuhan sangat cepat dibandingkan dengan kayu keras lainnya termasuk bila dibandingkan dengan sengon (albasia). Jabon tergolong tumbuhan pioneer sebagaimana sengon. Ia dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung potsolik coklat, atau tanah berbatu. Sejauh ini jabon bebas serangan hama dan penyakit,termasuk karat tumor yang kini banyak menyerang sengon.
  • Hama dan Penyakit
Tanaman muda biasa dimakan binatang liar seperti rusa dan banteng. Jamur Gloesporiumanthocephali dapat mengakibatkan rontoknya daun sebagian atau seluruhnya dan mati pucuk. Sering daun dimakan oleh aneka serangga sedangkan bibit dimakan oleh binatang buruan. Pohon dengan daun yang berlubang-lubang serius sangat lazim tetapi biasanya akan pulih dengan baik. Hama yang dilaporkan di Filipina antara lain ulat pembuat terowong daun Pyralis sp, penggerek Pterodepleryx sp. Dan ulat bertanduk.
  • Penanaman dan Perawatan
Jabon adalah tanaman yang mudah tumbuh dan berkembang tidak memerlukan banyak perlakuan khusus dalam budidayanya.
  • Pemasaran
Karena jenis kayunya yang berwarna putih agak kekuningan dan tanpa terlihat seratnya, maka kayu jabon sangat dibutuhkan oleh industri kayu lapis (plywood), industri meubel, pulp, produsen peti buah, mainan anak-anak, korek api , alas sepatu, papan, tripleks, dan lain-lain. Hal inilah yang menyebabkan pemasaran kayu jabon sama sekali tidak mengalami kesulitan, bahkan industri kayu lapis siap untuk membeli setiap saat dalam jumlah yang tidak terbatas.
  • Data Pertumbuhan dan Panen
Mencapai usia optimal panen pada usia 5-8 tahun. Pertumbuhan diameter pohon antara 5-10 cm/th.

Nilai Ekonomi Jabon
Budidaya tanaman jabon akan memberikan keuntungan yang sangat menggiurkan apabila dikerjakan secara serius dan benar. Perkiraan dalam 4-5 tahun mendatang, diperoleh dari penjualan 625 pohon berumur 4-5 tahun sebanyak 800-1.000 m3/ha. Prediksi harga jabon pada 5 tahun mendatang Rp1,2 juta/m3. Dengan harga jual Rp1,2 juta/m3 dan produksi 800 m3, maka omset dari penanaman jabon mencapai Rp 960 juta/ha. Saat ini  harga per m3 jabon berumur 4 tahun mencapai Rp 716.000; umur 5 tahun Rp 837.000. Andai harga jabon tak terkerek naik alias Rp 716.000/m3, maka omset dari budidaya jabon hanya Rp 572.800.000.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan pada tanaman jabon setelah dipanen pada usia 8-10 tahun (asumsi harga terendah, dan batang terkecil) pada setiap batang kayu jabon diperoleh :
ü  Tinggi batang yang bisa terjual rata-rata 12m.
ü  Diameter batang rata-rata 30cm.
ü  Maka dari tiap batang pohon jabon menghasilkan kayu yang bisa dijual  sebanyak 1,5 m3, sedangkan harga per kubik saat ini  Rp 1.000.000,-
ü  Sehingga harga terndah 1 batang pohon jabon usia 8-10 tahun minimal seharga Rp 1.500.000,-
Sebagai acuan,harga kayu jabon perkubik pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :
1.       Diameter 30-39 cm, Rp 1.000.000,-
2.       Diameter 40-49 cm, Rp 1.100.000,-
3.       Diameter > 50 cm, Rp 1.200.000,-
 Harga inii diprediksi akan mengalami kenaikan seiring dengan tingkat kebutuhan dan permintaan yang semakin bertambah tiap tahunnya,sedangkan persediaan kayu jabon semakin lama semakin terbatas. Dalam luasan 1 Ha lahan, analisa optimal kami adalah penanaman +/- 625 batang bibit jabon dengan jarak tanam 4 m x 4 m.
Peluang Investasi Jabon
Menanam jabon bagaikan membangun mimpi, sebab kebutuhan kayu  akan terus meningkat karena saat ini pemerintah melarang penggunaan kayu bulat hasil tebangan hutan alam, akibatnya banyak indutri tutup akibat kekurangan pasokan kay, jadi pada masa mendatang, harga kayu jabon akan semakin meningkat teru. Investasi tanaman keras/kayu yang menguntungkan dan menjanjikan . Berdasarkan karakteristik jabon dan keunggulannya secara ekonomis maka kita perlu melirik jabon menjadi salah satu alternatif untuk usaha karena memiliki peluang yang masih terbuka lebar dan sangat berpotensi return (tingkat pengembalian modal) yang besar bagi kegiatan investasi.
Lahan tidur atau lahan kosong yang tidak digarap, pada dasarnya hanya ditumbuhi oleh semak belukar dan ilalang yang tidak bernilai ekonomis. Oleh karena itu, pada program infestasi ini dilakukan penggarapan pada lahan tidur sebagai investasi pada tanaman jabon yang sangat bernilai ekonomis di masa sekarang maupun di masa yang akan datang mengingat semakin tingginya permintaan kayu untuk  keperluan industri perkayuan dengan sistem Agroforestry (tumpang sari).
Selain untuk memanfaatkan dan meningkatkan produktivitas lahan kosong yang tidak tergarap optimal, program investasi ini bertujuan untuk :
a)      Meningkatkan kesadaran menanam pohon kepada lingkungan sekitar.
b)      Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang menanam sejak dini.
c)       Membuka lapangan kerja baru bagi diri sendiri khususnya dan bagi lingkungan sekitar pada umumnya dengan menawarkan sistem bercocok tanam yang lebih bernilai ekonomis dibandingkan dengan tanaman palawija.
d)      Memanfaatkan dengan optimal lahan tidur dan lahan yang belum dimanfaatkan dengan sistem kerjasama (bagi hasil) dengan pemilik lahan.

Jadwal pelaksanaan Program
Program ini akan dilaksanakan selama 6 tahun dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
No          Uraian                                                            Tahun ke                                                                   
                                                                1              2              3              4              5              6
1              Persiapan Lahan               x                             
2              Pengolahan Lahan           x
3              Penanaman                        x
4              Pemeliharaan                    x              x              x              x              x              x
5              Pemanenan                                                                                                       x

Skenario Program :
  1. Lahan yang digunakan seluas 1 hektar berupa lahan yang telah dialihkan kepemilikannya kepasa Pihak I (Investor) dan dikerjasamakan untuk pengusahaan hutan rakyat jabon  oleh PJM  dengan sistem bagi hasil (80:20)
  2. Lahan akan disediakan oleh PJM di Cigobang Kab. Kuningan . Proses pembelian lahan dan pengalihan kepemilikan dari pemilik lahan ke investor akan dilakukan oleh PJM.
  3. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 3 m x 3 m, dengan jumlah bibit 1000 batang jabon.
  4. Tanaman tumpangsari akan diusahakan dalam jalur antara tanam. Kerjasama pengusahaan tanaman tumpangsari dilaksanakan dalam kesepakatan tersendiri dengan hasil tumpangsari sesuai kesepakatan.
Pihak I (Investor) bertanggung jawab dalam penyediaan dana investasi dan dana pembelian lahan

Resiko Bisnis Jabon

banyak pertanyaan muncul,apakah bisnis dan menanam jabon apakah punya resiko? yang menghambat mereka bukan karena kurang ilmu nya, pengetahuan, atau bahkan kurang modal, melainkan rasa takut. Takut lah yang menghambat mereka untuk memulai bisnis, kalau kita mau mulai belajar bisnis alangkah baik nya kita mengenal tentang resiko.

Resiko dengan beresiko adalah berbeda, resiko ada 2 unsur. Yaitu, pertama besar kecil kemungkinan terjadi nya, yang kedua adalah besar kecil akibat nya, bisa itu positif atau negatif.

Sedangkan beresiko apabila kita sudah menimbang resiko nya, yaitu besar kecil kemungkinan terjadi nya serta besar kecil akibat negatif nya dan positif nya. Ternyata resiko nya tidak bisa kita terima, berarti bisnis tersebut beresiko.

Mari kita tes dengan angka, misal nya anda mulai bisnis dengan kemungkinan berhasil 1:9. Maksud nya apa, anda bisnis 10 kali berhasil nya cuma sekali, yang kesepuluh bangkrut. Kira-kira anda mau atau tidak, tentu saja anda berbicara tidak mau. Kenapa tidak mau karena anda merasa kemungkinan gagal nya jauh lebih besar dan anda tidak mau.

Anda lupa menimbang apa yang perlu anda timbang? Yaitu besar kecil nya akibat nya kalau terjadi. Misal nya begini, kalau anda bisnis akibat nya kalau gagal anda cuma bayar satu, tetapi kalau berhasil anda dapat 50 kali. Mari sekarang kita hitung lagi, saya ulangi sekali lagi. Kalau anda tidak berhasil efek nya paling buruk anda bayar nya cuma satu. Tetapi sekali berhasil anda dapat 50 resiko nya, bisa anda terima.

Contohnya,anda ingin menanam jabon dengan modal 100 juta ( lahan sewa ).tapi anda mencari modal dengan cara berhutang kepada rentenir, bilamana anda 5 tahun tidak membayar beserta bunganya,dan anda terancam untuk disita semua harta anda maupun anda terancam diculik,maka menanam jabon sangat beresiko bagi anda.

Tapi, bila anda punya uang dingin 100 juta,dan anda menanam jabon dengan sistem sewa .dan mengeluarkan 20 juta untuk menanam jabon, maka hal itu sangatlah tidak beresiko bagi anda,karena perbandingan keuntungan dan resikonya sangatlah jauh, taruhlah anda menanam 1 ha, tidaklah mungkin dari 1000 tanaman bisa mati semua, kecuali terkena wabah atau terkena tsunami dan letusan gunung berapi.minimal ROI (balik modal) bisa tercapai.

Kalau resiko nya ada dan anda terima kemungkinan berhasil dan bisa anda terima. Kalau anda kena resiko lebih kecil maka akibat nya kecil. Dan juga siapa yang bisa bantu saya saya harus join sama siapa dan sudah anda timbang semua ternyata masih bisa terima resiko dengan misi kekayaan anda.

Apalagi kemungkinan kalau menang dapat nya banyak. “Why not”. Makanyan menurut mentor saya saya Tung Desem Waringin ( motivator handal) saya sering buka dan tutup perusahaan karena sudah menimbang resiko, kalau tidak jadi tutup dan kalau jadi meledak lebih besar Hingga akhirnya lupa untuk bertindak.

ANDA SUDAH MENIMBANG SEMUANYA SEBELUM BERTINDAK,KALAU RAGU SILAHKAN MUNDUR, TAPI KALAU INGIN MENGHIJAUKAN ALAM, DAN KALAU ANDA INGIN BERPELUANG BESAR MENDAPAT UNTUNG, JANGAN TAKUT MENANAM POHON. BERTINDAK SEKARANG JANGAN HANYA DIAM DAN TERPAKU.

( Terinspirasi dari Enterpreneur dan motivator sukses,Tung Desem Waringin)

Senin, 12 Desember 2011

Paguyuban Jabon Mandiri


Sekilas Paguyuban Jabon Mandiri,

Paguyuban jabon mandiri adalah sebuah paguyuban yang bergerak dibidang managemen pengelolaan dan perawatan hutan JABON yang ber domisili dan ber area di wilayah 3 kuningan dan Cirebon.
Adapun sistem yang kami terapkan sbb :
  1. Pembebasan lahan masyarakat yang berstatus hak milik adat (mempunyai SPPT) dengan  status tanah tidak bersengketa, dan penjual lahan tetap di perdayakan sebagai pekerja / pengolah lahan.
  2. Pengolahan lahan  dilaksanakan setelah tahap pembebasan lahan selesai
  3. Pengolahan lahan di laksanakan oleh masyarakat setempat  dengan pengawasan dan bimbingan langsung oleh paguyuban .
  4. Paguyuban berfungsi sebagai jembatan mitra antara pemilik lahan dan masyarakat setempat dengan bertanggung jawab selama proses dari mulai tanam sampai panen dengan kontribusi sharing 75 % pemilik lahan 25 % paguyuban
  5. Semua tanaman yang ada di lahan sewaktu proses pembersihan lahan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tetap dipertahankan .
  6. Paguyuban bertangungjawab memberikan laporan perkembangan secara berkala minimal 2 bulan sekali kepada semua pemilik lahan baik perkembangan alur dana maupun perkembangan lapangan , dan selalu ber koordinasi dengan pemilik lahan demi kelancaran time schedule sesuai data analisa.
Adapun cara tahap pembebasan lahan sbb:
  1. Pengecekan lahan oleh tim teknis penanaman , untuk menilai layak  tidaknya untuk di tanami , baik tanah maupun mobilisasinya.
  2. Pengukuran dengan menggunakan GPS Garmin type CSX MAP 76. oleh tim ahli dari dinas HUTBUN kab. Kuningan.
  3. Harga yang tersedia  di Kec. Cigobang – Kab.Cirebon sbb :
      Lahan darat       Rp.   7.500  / m2
  1. Pembayaran 50 % sewaktu penandatanganan pra-saksi desa  dan Akte Jual Beli   ( AJB )  
  2. Pelunasan setelah AKTE JUAL BELI selesai
  3. dimohon untuk data lengkap beserta alamat e-mailnya untuk mempercepat proses surat-surat.
Untuk lebih jauh, silahkan hub kami melalui email junedsumardi@gmail.com

Salam kami

Paguyuban Jabon Mandiri

penjelasan tentang jabon


Meningkatnya populasi penduduk menyebabkan peningkatan kebutuhan papan, sandang dan pangan. Kebutuhan papan dan sandang banyak dipenuhi dari bahan baku berupa kayu, sehingga industri kehutanan  yang berbasis kayu semakin berkembang pesat. Namun pada saat ini pasokan bahan baku dari hutan alam sudah semakin menurun, karena overexploitasi maupun bencana alam, sehingga laju kerusakan hutan alam di Indonesia telah mencapai angka 1,08 juta ha/tahun (Departemen Kehutanan, 2007).

Semakin menurunnya pasokan kayu dari hutan alam tersebut memicu berkembangnya keinginan nasional untuk: 1) mengembangkan dan mempromosikan industri-industri pengolahan kayu khususnya pulp dan kertas, dan 2) pengelolaan jenis pohon yang cepat tumbuh dan tegakan –tegakan monokultur,serta harapan yang besar terhadap produktivitas yang tinggi. Hal ini menyebabkan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) berkembang dengan cepat di Indonesia. Menurut Ahmad (2000),saat ini pemerintah telah memberikan izin pembangunan HTI seluas +/- 7,5 juta ha, akan tetapi realisasi penanaman sampai dengan bulan September 1999 baru mencapai +/- 20.614.208,77 m3.

Walaupun berkembang pesat, namun bahan baku industri juga masih kekurangan bahan bakunya. Pada tahun 2007 pemerintah mengimpor bahan baku kayu sebanyak 104.431,31 m3. Untuk mengatasi kekurangan bahan baku tersebut diperlukan program pembudidayaan kayu secara komersial untuk menghasilkan kayu bermutu dengan nilai yang lebih tinggi.

Jabon (Antocephalus cadamba (Roxb.) Bosser.) merupakan salah satu jenis pohon yang dapat dijadikan sebagai bahan baku industri, baik industri kayu pertukangan, pulp dan kertas maupun veneer. Dibandingkan dengan jenis-jenis kayu yang lain, kayu jabon merupakan jenis kayu yang pertumbuhannya sangat cepat, berbatang silindris dan lurus, kayunya berwarna putih kekuningan tanpa terlihat serat yang sangat baik dipergunakan untuk pembuatan kayu lapis maupun kayu gergajian.

Mengapa Jabon?
Jabon atau dalam bahasa latinnya disebut Anthocephalus Cadamba merupakan tanaman kayu yang sebenarnya tumbuh liar di hutan. Tumbuhan ini sebenarnya di tahun 1970-an sangat terkenal namun karena perkembangan ekploitasi hutan dan beralih fungsinya hutan menjadi ladang atau kebun menjadikan tanaman ini sulit ditemukan.

Tanaman jabon merupakan tanaman yang dapat menjadi konservasi bagi tanah dan hutan karena sifatnya yang memiliki akar serabut dan banyak sekali menyerap air. Sebagai tanaman hutan, jabon jarang sekali dibudidayakan karena karakteristik tanamannya membuat budidaya jabon menjadi unik dan sangat tergantung pada alam sehingga tidak dapat direkayasa. Tanaman jabon mulai dilirik oleh pelaku ekonomi semenjak bahan baku industri  perkayuan memiliki keterbatasan sumber daya sehingga memerlukan alternatif bahan baku. Ketersediaan bahan baku industri perkayuan seperti jati, sengon, mahoni, dan lain-lain sangat terbatas karena memang umur tebang pohon yang relatif lama (lebih dari 8 tahun).
Secara ekonomis, jabon merupakan bahan baku untuk pembuatan industri multipleks, kertas, furniture, kerajinan tangan, pensil, korek api, peti pembungkus, cetakan beton, mainan anak-anak, pulp, dan konstruksi darurat yang ringan, dan lain-lain.

Morfologi Jabon
Tanaman jabon memiliki karakteristik yang unik sebagai berikut :
  1. Jabon mudah tumbuh tanpa perlakuan khusus dan ekstrim.
  2. Batang jabon memiliki karakteristik yang unik yaitu silindris dan tegak lurus.
  3. Cabang jabon dapat rontok dengan sendirinya (self prunning) sesuai dengan umur dan iklim sehingga dapat mengoptimalkan tumbuh kembang batangnya secara mandiri.
  4. Warna kayu jabon putih kekuning-kuningan sehingga memenuhi syarat karakteristik bahan baku furniture.
  5. Serat kayu jabon padat halus sehingga sangat sesuai untuk bahan baku plywood atau furniture.
  6. Jabon memiliki ekologi tumbuh optimal pada ketinggian 50 sampai 500 mdpl sehingga memiliki cakupan kesesuaian tanam yang lebih luas dibanding tanaman kayu yang lain.
  7. Tanaman jabon dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,5 sampai 7,5.
  8. Tanaman jabon dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1.500 sampai dengan 3.000 mm/th.
  9. Suhu lingkungan tempat tanaman jabon tumbuh berkisar antara 14 – 40 C
  10. Usia tebang jabon relatif singkat yaitu berkisar antara 5 sampai 8 tahun.

Daun dan Tajuk
Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar. Daunnya tidak lebat dengan panjang 13-32 cm.

Batang
Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Ciri dan karakteristik batang jabon adalah :
Permukaan kayu licin serta arah tegak lurus, berwarna putih kekuningan mirip meranti kuning, batang mudah dikupas, dikeringkan, direkatkan, bebas dari cacat mata kayu dan susutnya rendah. Selalu hijau. Di alam bebas pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari  100 cm,sedangan batas bebas cabangnya mencapai hingga 25 m. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 17 m dengan diameter 30 cm.

Buah dan Bunga
Pohon jabon berbuah setiap tahun pada bulan Juni-Agustus. Buahnya merupakan buah majemuk berbentuk bulat dan lunak, mengandung biji yang sangat kecil. Jumlah biji kering udara 18-26 mjuta butir/kg. Buah yg berukuran sedang dapat menghasilkan sekitar 8.300 pohon. Biji yang telah dikeringkan dan disimpan pada tempat yang tertutup rapat dalam ruangan yang sejuk dapat tahan selama satu tahun. Bunga jingga berukuran keci, berkelopak rapat, berbentuk bulat.

Akar
Tanaman jabon memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan akar lateral. Akar tunggang merupakan akar yang tumbuh kebawah dan biasanya berukuran besar. Fungsi utamanya menegakkan tanaman agar tidak mudah roboh. Sedangkan akar lateral merupakan akar yang tumbuh kesamping untuk mencari air dan unsur hara. Pada akar tunggang dan lateral, biasanya juga tumbuh akar-akar serabut atau sering disebut dengan rambut akaryang membantu menyerap air dan unsur hara.

Tentang Kayu
Tanaman kayu keras yang dapat tumbuh sangat cepat. Lingkar batangnya pada usia 6 tahun bisa mencapai diatas 40-50 cm. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerah-merahan, mudah diolah, lunak dan ringan.

Kelas Kayu
Kelas keras III, kelas awet V

Hasil Kayu
Dapat dibuat sebagai bahan bangunan non konstruksi, meubel, veneer, mainan anak-anak, korek api, peti pembungkus, furniture, bahan plywood (kayu lapis).

Botani Jabon
  • Penyebaran dan Habitat
ü  Distribusi alami dimulai dari Nepal dan India,menuju Thailand dan Indochina serta bagian timur kepulauan Malaya hingga Papua Nugini. Tanaman ini telah diintroduksi di Afrika serta Amerika Tengah dan mampu beradaptasi dengan baik.
ü  Di Indonesia, tanaman ini terdapat di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sumbawa, Sulawesi dan Irian Jaya
ü  Merupakan tipikal tanaman pioneer dan umum terdapat di hutan sekunder. Jenis yang memerlukan cahaya dan tidak toleran terhadap cuaca dingin.
ü  Pada distribusi alaminya, tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 50-500 mdpl dengan rata-rata curah hujan lebih dari 1.500 mm/tahun. Pada jenis tanah lempung, podsolik coklat an aluvial lembab yang umumnya terdapat di sepanjang sungai yg ber-aerasi baik.
ü  Namun demikian jabon dapat pula tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan sedikitnya 200 mm/tahun serta toleran pada kondisi air tergenang yang periodik.

  • Sifat Fisik kayu teras berwarna putih semu-semu kuning muda, lambat laun menjadi kuning semu-semu gading, kayu gubal tidak dapat dibedakan dari kayu teras. Tekstur kayu agak halus sampai agak kasar. Arah serat lurus, kadang-kadang agak berpadu. Permukaan kayu licin atau agak licin mengkilap atau agak mengkilap.
  • Tempat Tumbuh
Jabon kebanyakan tumbuh di tanah alluvial lembab di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang di genangi air. Selain itu dapat juga tumbuh dengan baik pada tanah liat, tanah lempung, podsolik coklat, tanah tuf halus atau tanah lempung berbatu yang tidak sarang.
Jenis ini memerlukan iklim basah hingga kemarau kering di dalam hutan gugur daun dengan tipe curah hujan A dan D, mulai dari dataran endah sampai ketinggian sekitar 900 m dari permukaan laut.
  • Pertumbuhan
Pertumbuhan sangat cepat dibandingkan dengan kayu keras lainnya termasuk bila dibandingkan dengan sengon (albasia). Jabon tergolong tumbuhan pioneer sebagaimana sengon. Ia dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung potsolik coklat, atau tanah berbatu. Sejauh ini jabon bebas serangan hama dan penyakit,termasuk karat tumor yang kini banyak menyerang sengon.
  • Hama dan Penyakit
Tanaman muda biasa dimakan binatang liar seperti rusa dan banteng. Jamur Gloesporiumanthocephali dapat mengakibatkan rontoknya daun sebagian atau seluruhnya dan mati pucuk. Sering daun dimakan oleh aneka serangga sedangkan bibit dimakan oleh binatang buruan. Pohon dengan daun yang berlubang-lubang serius sangat lazim tetapi biasanya akan pulih dengan baik. Hama yang dilaporkan di Filipina antara lain ulat pembuat terowong daun Pyralis sp, penggerek Pterodepleryx sp. Dan ulat bertanduk.
  • Penanaman dan Perawatan
Jabon adalah tanaman yang mudah tumbuh dan berkembang tidak memerlukan banyak perlakuan khusus dalam budidayanya.
  • Pemasaran
Karena jenis kayunya yang berwarna putih agak kekuningan dan tanpa terlihat seratnya, maka kayu jabon sangat dibutuhkan oleh industri kayu lapis (plywood), industri meubel, pulp, produsen peti buah, mainan anak-anak, korek api , alas sepatu, papan, tripleks, dan lain-lain. Hal inilah yang menyebabkan pemasaran kayu jabon sama sekali tidak mengalami kesulitan, bahkan industri kayu lapis siap untuk membeli setiap saat dalam jumlah yang tidak terbatas.
  • Data Pertumbuhan dan Panen
Mencapai usia optimal panen pada usia 5-8 tahun. Pertumbuhan diameter pohon antara 5-10 cm/th.

Nilai Ekonomi Jabon
Budidaya tanaman jabon akan memberikan keuntungan yang sangat menggiurkan apabila dikerjakan secara serius dan benar. Perkiraan dalam 4-5 tahun mendatang, diperoleh dari penjualan 625 pohon berumur 4-5 tahun sebanyak 800-1.000 m3/ha. Prediksi harga jabon pada 5 tahun mendatang Rp1,2 juta/m3. Dengan harga jual Rp1,2 juta/m3 dan produksi 800 m3, maka omset dari penanaman jabon mencapai Rp 960 juta/ha. Saat ini  harga per m3 jabon berumur 4 tahun mencapai Rp 716.000; umur 5 tahun Rp 837.000. Andai harga jabon tak terkerek naik alias Rp 716.000/m3, maka omset dari budidaya jabon hanya Rp 572.800.000.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan pada tanaman jabon setelah dipanen pada usia 8-10 tahun (asumsi harga terendah, dan batang terkecil) pada setiap batang kayu jabon diperoleh :
ü  Tinggi batang yang bisa terjual rata-rata 12m.
ü  Diameter batang rata-rata 30cm.
ü  Maka dari tiap batang pohon jabon menghasilkan kayu yang bisa dijual  sebanyak 1,5 m3, sedangkan harga per kubik saat ini  Rp 1.000.000,-
ü  Sehingga harga terndah 1 batang pohon jabon usia 8-10 tahun minimal seharga Rp 1.500.000,-
Sebagai acuan,harga kayu jabon perkubik pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :
1.       Diameter 30-39 cm, Rp 1.000.000,-
2.       Diameter 40-49 cm, Rp 1.100.000,-
3.       Diameter > 50 cm, Rp 1.200.000,-
 Harga inii diprediksi akan mengalami kenaikan seiring dengan tingkat kebutuhan dan permintaan yang semakin bertambah tiap tahunnya,sedangkan persediaan kayu jabon semakin lama semakin terbatas. Dalam luasan 1 Ha lahan, analisa optimal kami adalah penanaman +/- 625 batang bibit jabon dengan jarak tanam 4 m x 4 m.

Peluang Investasi Jabon 

Menanam jabon bagaikan membangun mimpi, sebab kebutuhan kayu  akan terus meningkat karena saat ini pemerintah melarang penggunaan kayu bulat hasil tebangan hutan alam, akibatnya banyak indutri tutup akibat kekurangan pasokan kay, jadi pada masa mendatang, harga kayu jabon akan semakin meningkat teru. Investasi tanaman keras/kayu yang menguntungkan dan menjanjikan . Berdasarkan karakteristik jabon dan keunggulannya secara ekonomis maka kita perlu melirik jabon menjadi salah satu alternatif untuk usaha karena memiliki peluang yang masih terbuka lebar dan sangat berpotensi return (tingkat pengembalian modal) yang besar bagi kegiatan investasi.
Lahan tidur atau lahan kosong yang tidak digarap, pada dasarnya hanya ditumbuhi oleh semak belukar dan ilalang yang tidak bernilai ekonomis. Oleh karena itu, pada program infestasi ini dilakukan penggarapan pada lahan tidur sebagai investasi pada tanaman jabon yang sangat bernilai ekonomis di masa sekarang maupun di masa yang akan datang mengingat semakin tingginya permintaan kayu untuk  keperluan industri perkayuan dengan sistem Agroforestry (tumpang sari).

Selain untuk memanfaatkan dan meningkatkan produktivitas lahan kosong yang tidak tergarap optimal, program investasi ini bertujuan untuk :
a)      Meningkatkan kesadaran menanam pohon kepada lingkungan sekitar.
b)      Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang menanam sejak dini.
c)       Membuka lapangan kerja baru bagi diri sendiri khususnya dan bagi lingkungan sekitar pada umumnya dengan menawarkan sistem bercocok tanam yang lebih bernilai ekonomis dibandingkan dengan tanaman palawija.
d)  Memanfaatkan dengan optimal lahan tidur dan lahan yang belum dimanfaatkan dengan sistem kerjasama (bagi hasil) dengan pemilik lahan.